PENDAHULUAN
Keguguran merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang utama di trimester pertama kehamilan, sehingga asuhan pasca keguguran yang komprehensif, meliputi konseling, tatalaksana medis, Iayanan Keluarga Berencana (KB)/kontrasepsi, rujukan ke layanan lain, serta kemitraan dengan masyarakat, perlu dilakukan. Berdasarkan kajian determinan kematian ibu oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 menyebutkan bahwa 4,1% kematian ibu di Indonesia terjadi karena keguguran (Kemenkes, 2012). Selain kematian, keguguran juga dapat menyebabkan masalah kesehatan, baik fisik maupun psikologis.
Tatalaksana operatif dengan metode kuretase tajam pada kasus keguguran yang banyak dilakukan sebelumnya, telah diketahui meningkatkan risiko komplikasi sindroma Asherman dan persalinan preterm, serta ditengarai meningkatkan risiko plasenta akreta pada kehamilan selanjutnya (Kemenkes RI, 2020). Oleh karena itu, WHO dan FIGO telah menyarankan penggunaan aspirasi vakum manual (AVM) untuk tatalaksana operatif, karena mempunyai risiko perdarahan dan nyeri yang lebih kecil, lama rawat yang lebih singkat, serta mengurangi risiko komplikasi (Philbin, 2020). Sehingga seyogyanya, tenaga kesehatan yang menangani pasien dengan keguguran dapat melakukan asuhan pasca keguguran yang komprehensif yang diberikan dengan pendekatan yang berorientasi pada perempuan sebagai pasien, yaitu dengan mempertimbangkan faktor fisik, kebutuhan, kenyamanan, keadaan emosional, situasi serta kemampuan perempuan tersebut untuk mengakses layanan yang dibutuhkan.
Program course ini digagas untuk mengembangkan modul interaktif yang fleksibel dan dapat dijangkau oleh petugas kesehatan yang relatif memiliki keterbatasan waktu untuk meningkatkan kompetensinya dalam melakukan asuhan pasca keguguran secara komprehensif. Diharapkan dengan adanya modul yang bersifat hybrid dan mudah diakses oleh petugas kesehatan dapat meningkatkan kompetensi dalam melakukan asuhan pasca keguguran secara komprehensif.